Monday, May 20, 2019

MAKET BETTERPAD-RAY - Pembagian Ruangan dan Bangunan Berdasarkan Kebudayaan Arsitektur Indonesia



Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, dari W.J.S. Poerwadarminta, budaya sama dengan pikiran, akal budi (penulis: intuisi); kebudayaan = hasil kegiatan, dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan sebagainya. Jadi kebudayaan dapat berarti benda abstrak atau non materiil maupun benda materiil. Menurut kamus Poerwadarminta dan juga kamus Inggris – Indonesia dari John M. Echols dan Hassan Shadily: kebudayaan = Culture = kultur. Jadi, norma-norma, kaidah kehidupan adat istiadat juga merupakan kebudayaan (a man of culture = seseorang yang bertingkah laku baik, sopan santun, dan beradat).
Karena norma atau kaidah yang lama merupakan aspek kebudayaan, maka norma atau kaidah dapat tercermin dalam ungkapan Arsitektur. Contoh konkret yang dapat ditemui dalam Arsitektur Tradisional adalah cara menentukan diferensiasi tentang ruang dan tempat yang membedakan antara milik pribadi seseorang dengan ruang yang dapat dimasuki orang luar rumah. Pembagian ini dapat dijumpai pada arsitektur tradisional daerah di Indonesia, dalam contoh ini misalnya adalah Jawa. Pada rumah Jawa tradisional dapat ditemukan sekat yang umumnya terbuat dari kayu berukir yang disebut “rono/gebyok” untuk memisahkan antar ruangan dalam rumah dan diletakkan dengan menutupi pintu atau jalan masuk antar ruangan. Penggunaan sekat ini dapat mencegah orang-orang luar untuk masuk secara sembarangan ke ruangan yang lebih memiliki privasi. Selain itu, sekat gebyok dapat menutupi benda-benda di ruangan lain yang tidak ingin diperlihatkan. Jika seseorang hendak menuju ke ruangan yang lebih privasi, seseorang harus melalui bagian samping sekat tersebut. Untuk keperluan yang lebih penting seperti membereskan rumah, sekat ini dapat disingkirkan.
Pembagian ruangan pada rumah tradisional Jawa juga bertujuan untuk memisahkan antara daerah pria dan daerah wanita. Rumah / bagian utama dari rumah tradisional Jawa disebut “dalem”. Dalem ini merupakan ruang privasi keluarga untuk berkumpul dan terdapat beberapa kamar tidur. Sedangkan dapur dapat berada di belakang atau samping dalem. Secara bentuk, dapur terlihat sebagai bangunan tersendiri dan terpisah dengan rumah utama/dalem. Hal ini dapat dilihat dari adanya bentuk atap limasan tersendiri untuk setiap dalem dan dapur, jadi dapat ditemukan dua atap limasan pada rumah tradisional Jawa, depan belakang atau kanan kiri. Pada zaman dahulu menurut ibu dan orang-orang tua, laki-laki tidak boleh masuk ke dapur, hanya wanita saja yang boleh berada di dapur terutama untuk memasak. Dalem dan dapur dapat dipisahkan dengan sebuah gang kecil dan dapat pula dipisahkan dengan semacam koridor tertutup. Namun di zaman sekarang, laki-laki boleh masuk ke dapur karena tata ruang dapur yang sudah berkembang seperti adanya kamar mandi modern.
Untuk pembagian antara ruang publik dan ruang privasi pada arsitektur Jawa, terdapat sebuah paviliun terbuka di depan rumah utama yang disebut pendapa. Pendapa berfungsi sebagai ruang publik dan orang-orang dapat masuk ke pendapa untuk melakukan kegiatan tertentu tanpa mengganggu kegiatan pribadi pemilik rumah di bangunan dalem. Pemilik rumah dapat menerima tamu di pendapa dengan nyaman tanpa khawatir jika bagian dalam rumahnya dapat diketahui oleh orang lain secara sembarangan. Struktur pendapa yang tanpa dinding membuat suasana lebih rileks sambil menikmati pemandangan di sekitar tanpa halangan.

Pendapa Peradaban
Penataan pada desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) memerhatikan pembagian ruang dengan jelas berdasarkan arsitektur nusantara. Pendapa Peradaban pada bagian depan berfungsi sebagai ruang publik yang terbuka dan relatif bebas dimasuki oleh siapa saja. Sedangkan Bangunan Utama Betterpad-Ray yang berada di bagian belakang Pendapa Peradaban berfungsi sebagai ruang yang lebih tertutup dan relatif eksklusif, artinya hanya orang-orang yang memiliki kepentingan saja yang dapat masuk ke Bangunan Utama. Pembagian ini pada dasarnya sudah diterapkan pada sebagian kantor-kantor pemerintahan di Indonesia.

Bangunan Utama Betterpad-Ray
Pendapa Peradaban digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang biasanya bersifat massal dan terdapat keramaian. Sedangkan ruang-ruang administrasi dan hal-hal bersifat khusus berada di Bangunan Utama, seperti kantor-kantor lain pada umumnya. Bangunan Utama memiliki fungsi utama sebagai tempat untuk mengurus berbagai hal yang bermacam-macam dan masing-masing berada di setiap ruangan yang banyak. Kegiatan di kantor utama biasanya membutuhkan konsentrasi dan ketenangan. Maka perlu dibagi antara ruang yang digunakan untuk keramaian dan ruangan yang butuh ketenangan. Maket Betterpad-Ray telah memerhatikan ini dan menerapkannya sesuai kebudayaan arsitektur Indonesia. Antara Pendapa Peradaban dan Bangunan Utama sudah terpisah oleh jalan kendaraan. Jadi, jika ada kegiatan yang menimbulkan suara di Pendapa Peradaban, maka tidak akan mengganggu kegiatan di Bangunan Utama. Sebagai tambahan, jika hendak melakukan sembahyang (Islam) maka dapat dilakukan di Masjid Syahadat di sebelah barat Pendapa Peradaban.

Masjid Syahadat
Demikianlah penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya). Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin.
Referensi:
·         Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Jati Diri Arsitektur Indonesia. 1997. Bandung: Penerbit Alumni.  *Termasuk oleh: Prof.Ir.Sidharta, seperti yang tercantum dalam buku referensi.  (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1140_Jati%20Diri%20Arsitektur%20Indonesia#page/n1/mode/2up)


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts