Friday, May 31, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Perang Dzatu ar-Riqa’

Setelah peristiwa perang Bani Nadhir yang hasilnya kaum muslimin mampu membuat Bani Nadhir Yahudi keluar dari Madinah karena mereka hendak mengkhianati Nabi Muhammad, Nabi Muhammad tinggal di Madinah selama bulan Rabiul Awal dan sebagian Jumadil Ula tahun 4 Hijriah. Kaum munafik mencoba untuk tidak memusuhi kaum muslimin secara teranga-terangan. Kemudian Nabi Muhammad dan pihak muslimin akan berusaha untuk membendung serangan suku-suku Arab lainnya yang mencoba melawan kaum muslimin.

 Setelah itu, beliau menerima kabar bahwa ada sebuah kelompok di Ghatafan di Najd yang hendak menyerang beliau. Nabi Muhammad selalu memiliki taktik untuk menyergap musuh secara mendadak sebelum musuh sempat bersiap untuk mempertahankan diri. Kemudian, beliau pergi ke Najd bersama 400 orang untuk berperang melawan Bani Muharib dan Bani Tsa’labah dari Ghatafan. Beliau menunjuk Abu Dzar Al Ghifari untuk menjadi imam sementara di kota Madinah. Ada juga yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad memberi amanah kepada Utsman bin Affan untuk menjadi imam sementara  di kota Madinah.

Menurut Ibnu Hisyam, perang tersebut dinamakan perang Dzatu ar-Riqa’ karena kaum Muslimin menjahit dan memperbaiki panji-panji perang di sana. Namun ada juga pendapat lain bahwa dinamakan perang Dzatu ar-Riqa’ karena Dzatu ar-Riqa’ adalah nama pohon di kawasan tersebut. Wallahu A'lam.

Di Dzatu ar-Riqa’, Rasulullah SAW menghadapi pasukan Ghatafan yang berjumlah sangat banyak. Namun tidak terjadi perang sungguhan di antara mereka, karena masing-masing pihak sama-sama khawatir terhadap pihak lain sehingga Rasulullah mengerjakan Shalat Khauf (artinya takut) bersama para sahabat. Riwayat lain menyebutkan bahwa saat Bani Muharib dan Bani Tsa’labah sudah berkumpul, pasukan Rasulullah segera menyerbu ke tempat-tempat mereka sehingga mereka lari tunggang-langgang dengan meninggalkan harta, kaum wanita dan anak-anak. Apa yang dapat dibawa oleh kaum Muslimin, maka mereka bawa dalam pulang ke Madinah.

Namun, karena pihak muslimin khawatir jika musuh akan menyerang balik, mereka melakukan penjagaan secara bergantian saat siang dan malam. Saat itulah mereka melakukan Sholat Khauf yang diimami oleh Rasulullah. Sebagian dari mereka menghadap ke arah musuh agar dapat mengantisipasi serangan musuh jika terjadi, sedangkan sebagian yang lain sholat dua raka’at bersama Rasulullah. Namun selama itu tidak ada pergerakan musuh yang tampak. Lalu Rasulullah bersama para sahabat kembali ke Madinah setelah 15 hari meninggalkan kota itu. Mereka kembali dengan sukses dengan perasaan gembira.

Ibnu Hisyam berkata: Abdul Warits bin Said At Tannuri yang bernama asli Abu Ubaidah berkata kepadaku bahwa Yunus bin Ubaid berkata kepadaku dari Al Hasan bin Abu Al Hasan dari Jabir bin Abdullah yang berkata tentang Sholat Khauf: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melaksanakan Sholat Khauf dua raka’at bersama dua kelompok secara bergiliran. Pertama beliau sholat dengan kelompok pertama lalu salam, kemudian kelompok yang tadinya menghadap musuh datang dan lalu Rasulullah mengimami lagi sholat dua raka’at yang lain bersama mereka lalu salam.

Ibnu Hisyam berkata: Abdul Warits bin Sa’id bin At Tannuri berkata kepadaku bahwa Ayyub berkata kepadanya dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata: Imam melaksanakan sholat bersama shaf pertama yang berdiri bersamanya sedangkan shaf kedua menghadap musuh, kemudian imam ruku’ dan sujud diikuti shaf pertama, kemudian mereka bergerak mundur ke belakang dan mengganti shaf yang tadi menghadap musuh, kemudia shaf kedua maju ke depan, lalu imam ruku’ bersama mereka satu raka’at dan sujud bersama mereka, kemudian masing-masing shaf sholat satu raka’at sendiri-sendiri. Jadi masing-masing shaf shalat satu raka’at bersama imam dan mereka sholat satu raka’at secara sendirian.

Referensi:
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.
·         Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam. 2000. Jakarta Timur: Darul Falah.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts