Tuesday, May 28, 2019

KISAH NABI MUHAMMAD SAW - Perang Badar Kedua yang Tidak Jadi

Pada Bulan Sya’ban tahun 4 Hijriah, Nabi Muhammad bersama 1500 pasukannya berangkat menuju Badar untuk melakukan pertempuran kembali melawan kaum musyrikin. Sebelumnya setelah perang Uhud selesai, kedua pasukan telah membuat janji untuk bertemu kembali dalam pertempuran berikutnya di Badar.

Sebelumnya setelah peritiwa Banu Nadhir dari kaum Yahudi keluar dari Madinah, kaum muslimin merasa bebannya sudah berkurang karena sudah tidak perlu khawatir terhadap orang-orang munafik. Kaum Muhajirin merasa senang karena telah mendapatkan tanah dari bekas milik orang-orang Nadhir. Kaum Anshar juga bergembira karena Muhajirin sudah hidup mandiri tanpa perlu bergantung pada mereka. Mereka merasa lega dan untuk sementara mereka hidup tenang, aman, dan tenteram. Dalam kondisi seperti itu , sekitar setahun setelah perang Uhud, teringat oleh Nabi Muhammad tentang ucapan Abu Sufyan saat perang Uhud usai, “Yang sekarang ini untuk peristiwa perang Badar. Sampai jumpa tahun depan!”. Maksudnya setelah kaum musyrikin dikalahkan kaum muslimin di Perang Badar Kubro pertama, kaum musyrikin bisa mengalahkan kaum muslimin di perang Uhud sebagai balas dendam. Dia juga mengajak Nabi Muhammad untuk bertempur lagi di Badar. Namun pada tahun itu sedang terjadi musim kering (paceklik). Sebenarnya Abu Sufyan berharap bahwa perang itu diadakan di waktu lain saja.

Lalu, Abu Sufyan mengutus Nusaim bin Mas’ud ke Madinah untuk menyampaikan pesan kepada pihak muslimin bahwa Quraisy telah mengerahkan pasukannya dalam jumlah banyak yang belum pernah terjadi di Arab. Kaum Musyrikin sudah siap menyerang kaum muslimin hingga hancur tanpa sisa. Sepertinya ada kaum muslimin yang ingin menghindari bahaya itu. Banyak di antara mereka yang enggan pergi ke Badar untuk bertempur. Rasulullah marah saat mengetahui sikap kaum muslimin yang lemah itu. Beliau bersumpah dengan mengatakan kepada mereka bahwa beliau akan pergi ke Badar meskipun seorang diri. Akhirnya segala sikap ragu dan perasaan kaum muslimin segera hilang. Kaum Muslimin segera bersiap-siap menyiapkan berbagai perlengkapan serta membawa senjata dan berangkat ke Badar. Rasulullah menyerahkan pimpinan kota Madinah untuk sementara kepada Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul. Dia adalah seorang muslim yang beriman, berbeda dengan ayahnya yang merupakan seorang tokoh munafik hingga akhir hayatnya. Ketika kaum muslimin sampai di Badar, mereka menunggu kedatangan musyrikin Quraisy dalam keadaan waspada dan siap bertempur.

Sementara itu, Abu Sufyan berangkat dari Mekkah bersama 2000 orang musyrikin Mekkah. Namun Abu Sufyan berangkat dengan berat hati karena kekhawatiran tentang akibat perang melawan kaum muslimin. Setelah dua hari perjalanan, Abu Sufyan berpikir bahwa sebaiknya dia pulang saja. Maka dia mengambil keputusan di tengah perjalanan untuk kembali lagi ke Mekkah dan tidak jadi berperang. Dia berkata, “Wahai saudara-saudaraku dari Quraisy, sebenarnya yang cocok untuk kita hanyalah dalam musim subur, sedangkan kita sedang menghadapi musim kering. Saya memutuskan untuk pulang saja. Maka pulanglah saja kalian”. Maka pasukannya juga memutuskan untuk ikut pulang saja karena tampaknya memiliki kekhawatiran yang sama.

Sementara itu, Rasulullah bersama tentara Muslimin terus menunggu kedatangan musyrikin Quraisy selama delapan hari di Badar. Di situ mereka juga masih bisa memanfaatkan waktu untuk berdagang dan mendapatkan laba. Lalu mereka kembali ke Madinah dengan perasaan gembira, karena selain pertempuran tidak terjadi, mereka juga mendapat keuntungan yang merupakan karunia dari Allah SWT. Karena peristiwa itu, kaum muslimin kembali mendapatkan kepercayaan diri dan kewibawaannya serta dapat mengendalikan situasi. Maka turunlah firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran ayat 168-175:

ٱلَّذِينَ قَالُواْ لِإِخۡوَٰنِهِمۡ وَقَعَدُواْ لَوۡ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُواْۗ قُلۡ فَٱدۡرَءُواْ عَنۡ أَنفُسِكُمُ ٱلۡمَوۡتَ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ  ١٦٨ وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ  ١٦٩ فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ وَيَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمۡ يَلۡحَقُواْ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ أَلَّا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ  ١٧٠ ۞يَسۡتَبۡشِرُونَ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ  ١٧١ ٱلَّذِينَ ٱسۡتَجَابُواْ لِلَّهِ وَٱلرَّسُولِ مِنۢ بَعۡدِ مَآ أَصَابَهُمُ ٱلۡقَرۡحُۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ مِنۡهُمۡ وَٱتَّقَوۡاْ أَجۡرٌ عَظِيمٌ  ١٧٢ ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ  ١٧٣ فَٱنقَلَبُواْ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ لَّمۡ يَمۡسَسۡهُمۡ سُوٓءٞ وَٱتَّبَعُواْ رِضۡوَٰنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَظِيمٍ  ١٧٤ إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ  ١٧٥

168.  Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah: "Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar".
169.  Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.
170.  Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
171.  Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.
172.  (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.
173.  (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung".
174.  Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
175.  Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.

Dengan begitu, perang Badar terakhir yang tidak terlaksana benar-benar telah menghapus pengaruh perang Uhud. Musyrikin Quraisy sepertinya masih menunggu kesempatan lain dengan mereka tetap tercemar karena sikap pengecut yang tidak lebih baik dari kekalahan mereka di perang Badar pertama. Nabi Muhammad bersyukur karena telah mendapat pertolongan Allah SWT dan hatinya merasa tenteram karena kewibawaan kaum muslimin telah kembali. Namun mereka tetap waspada terhadap segala tipu muslihat musuh dan selalu mengawasi berbagai penjuru hingga akhirnya mereka memperoleh kemenangan yang sebenarnya dengan telah sempurnanya agama Islam.

Referensi:
·         Mubarakfuri, Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah. Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·         Haekal, Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.


No comments:

Post a Comment

BETTERPAD-RAY MOCKUP - Materiaal van de muur van de Shahada-moskee (Masjid Syahadat)

"Sorry If There Is A Deficiency / Error In Translation From Indonesian To Related Languages, Because It Only Uses Google Translate"...

Popular posts