Sebelum
adanya penemuan lampu listrik (lampu pijar), manusia memiliki ketergantungan
yang sangat besar pada cahaya alami, baik pada siang hari dan terlebih pada
malam hari. Hal tersebut yang membuat peradaban saat itu sangat menampakkan
simbol-simbol sumber-sumber cahaya, seperti matahari dan bintang (matahari juga
bintang) yang memancarkan cahayanya sendiri serta bulan yang memantulkan cahaya
matahari ke bumi pada malam hari. Cahaya pantulan dari bulan yang maksimal
terjadi saat bulan purnama. Cahaya alami saat bulan purnama benar-benar cukup
terang untuk sekadar dapat berjalan di malam hari dengan cukup mudah. Sedangkan
saat bulan mati, malam benar-benar gelap gulita dan di langit terlihat kumpulan
bintang-bintang dan berbagai galaksi saat di langit tidak ada awan. Maka
diperlukan penerangan buatan pada malam hari yang sejak zaman dahulu hingga
zaman modern sekarang terus berkembang, seperti api unggun, obor, lilin, lampu
minyak, lampu listrik, senter, dan sebagainya.
Kehidupan
manusia memang tidak dapat lepas dari cahaya alami, bukan hanya karena
kebutuhan visual, namun juga karena cahaya alami mampu memberikan suasana yang
natural dan berbeda dengan penerangan buatan seperti lampu. Cahaya selalu
identik dengan kehangatan, karena cahaya seringkali juga disertai oleh
temperatur yang lebih tinggi karena energi yang menyertai kehadirannya.
Cahaya
benar-benar menjadi elemen yang tak dapat dipisahkan dari sebuah karya
arsitektur. Sejak manusia tinggal di gua, cahaya telah menjadi bagian penting
dari peradaban. Ketika manusia telah mampu membuat tempat tinggal atau rumah,
cahaya menjadi sangat penting. Ada banyak alasan yang mendasari, terutama yang
berhubungan dengan kegiatan. Ketika ada sumber cahaya, manusia lebih mudah
melakukan kegiatan karena membuat manusia mampu menerima dan mengakses
informasi visual. Dengan mengetahui dan memahami keadaan tempat di sekitarnya,
manusia dapat melakukan berbagai kegiatan. Kondisi ini membawa cahaya pada
perannya secara fungsional. Di sisi lain, cahaya juga berperan dalam memberikan
akses visual pada informasi yang ditampilkan dari karya arsitektur, termasuk
permainan geometri yang terasa semakin kuat. Maka cahaya juga berperan dalam
hal estetika, selain secara fungsional.
Saat
siang hari, dengan adanya peran besar dari cahaya matahari, karya arsitektur
dapat diakses oleh indera penglihatan dengan baik. Adanya bayangan karena
cahaya yang menimpa geometri membuat sebuah karya arsitektur semakin tampak
dramatis dalam ruang visual. Contohnya adalah gapura-gapura untuk menandakan
batas suatu wilayah dan penyambutan yang semakin tegas kesan tiga dimensinya
saat diterpa cahaya matahari. Kesan yang diperoleh adalah mempertegas bentuk geometri
dan menghasilkan bayangan dari bagian-bagian yang tidak terkena cahaya matahari
secara langsung. Desain gapura-gapura tersebut biasanya menyerupai desain pada
candi-candi atau bangunan kraton, namun lebih sederhana dengan kaidah yang
longgar. Tidak hanya saat terkena cahaya matahari, jika terkena cahaya bulan
purnama, maka tetap timbul kesan tiga dimensi meskipun lemah. Hal ini adalah
kehebatan budaya Indonesia yang mampu membuat desain bangunan dengan
mempertimbangkan cahaya sebagai bagian yang tidak terpisahkan di dalamnya
sehingga timbul keindahan yang dapat dinikmati oleh manusia.
Gapura Kabupaten Wonogiri
(Sumber: Google Maps)
Cahaya
alami adalah hal penting yang diperhatikan dalam desain Maket Betterpad-Ray
(Benteng Terpadu Raya “Tembok Mural”). Rancangan kompleks bangunan ini adalah
suatu desain yang dibuat agar cahaya alami dapat dimanfaatkan dengan baik. Jika
dilihat baik-baik, maka terlihat bahwa desain bangunan-bangunannya memiliki
tampilan jendela sebagai desain tempat masuknya cahaya matahari ke dalam
ruangan, terutama Masjid Syahadat dan Bangunan Utama Betterpad-Ray. Dan yang terlihat
jelas, bahwa di tengah-tengahnya ada sebuah paviliun berupa bangunan tanpa
dinding penutup yang disebut Pendapa Peradaban. Pendapa ini adalah desain yang
paling jelas dari Maket Betterpad-Ray agar cahaya dapat masuk ke dalamnya.
Selain itu, cahaya alami adalah hal yang harus dibutuhkan supaya jika desain Maket
Betterpad-Ray dapat terwujud, Insya Allah, maka bangunan yang selesai dibangun benar-benar
dapat dilihat oleh indera penglihatan dan dapat diketahui bentuk dan
bagian-bagiannya agar orang-orang dapat melakukan kegiatan dan memanfaatkannya
dengan baik dan benar. Bukan hanya cahaya matahari saja yang dapat menampilkan
bentuk bangunan, namun juga cahaya yang dipantulkan bulan terutama bulan
purnama. Tata lampu pada bangunan di malam hari memang dapat menerangi sebagian
dari bangunan, namun cahaya pantulan bulan mampu membantu memperlihatkan hampir
semua bagian luar bangunan, meskipun cahayanya lemah.
Ketika
manusia berada di dalam bangunan atau di sekitar bangunan dengan memperoleh
akses cahaya alami matahari, maka manusia akan mengalami kehangatan sehingga
merasa nyaman saat berada di tempat tersebut, hal inilah harapan tentang Maket
Betterpad-Ray. Orang yang merasakan kenyamanan saat beraktivitas dalam suatu
tempat atau bangunan, maka dia mampu mengerjakan sesuatu dengan baik dan
semangat. Kehangatan cahaya matahari tentu hanya dirasakan pada waktu dan
tempat tertentu saja, seperti di teras bangunan saat jam 7 pagi di Indonesia.
Energi panas dari matahari akan terasa menyengat kulit saat menjelang siang
hingga sore hari. Jika menerima panas matahari secara berlebihan tentu
merupakan hal yang tidak nyaman, terlebih di tempat terbuka. Maka desain
bangunan harus mampu mengantarkan kehangatan cahaya matahari secukupnya ke
tubuh manusia baik di teras maupun dalam ruangan dengan meminimalisir rasa
panas / gerah dan bangunan juga harus mampu meneduhkan manusia dengan baik saat
matahari terik.
Fungsi
utama dari cahaya alami adalah agar manusia dapat melihat objek-objek sehingga
manusia dapat beraktivitas dengan baik dan lancar. Pengaturan akses cahaya
alami yang masuk ke dalam ruangan harus diperhatikan dengan baik agar mencukupi
kebutuhan manusia di dalamnya. Banyaknya cahaya yang masuk harus diatur agar
tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Cahaya yang masuk dalam jumlah
terlalu banyak akan membuat silau dan mudah merasakan panas. Sedangkan jumlah
yang terlalu sedikit tidak dapat mencukupi keperluan dan sulit untuk beraktivitas
di dalam ruangan.
Cahaya
alami adalah hal utama untuk dapat menampilkan karya arsitektur, dalam hal ini
adalah Maket Betterpad-Ray. Cahaya alami adalah cahaya yang sangat besar yang
mampu menerangi dan menampilkan alam sekitar dan karya arsitektur dengan baik
dan tepat. Inilah ketetapan dari Tuhan Yang Maha Esa yang membuat segalanya
sempurna. Ketika ada bagian yang terkena cahaya, maka pasti ada bayangan. Kedua
hal inilah yang mampu menunjukkan bentuk estetika karya asitektur secara nyata.
Pola atau hiasan yang berbentuk dua dimensi pada bangunan hanya sekadar
diterangi oleh cahaya alami tanpa memperlihatkan bentuk yang terlihat nyata. Sedangkan
pola atau hiasan tiga dimensi mampu memperlihatkan bentuk yang nyata saat
terkena cahaya alami, seperti tiang, ukiran pagar, gapura, air mancur, dan
sebagainya. Sudut datang cahaya alami yang berubah-ubah karena rotasi bumi
dapat digunakan untuk membuat jam matahari dengan berbagai desain dan teknik
yang pernah ada dalam peradaban dunia. Insya Allah, sebagian besar pola-pola
hiasan tiga dimensi pada Maket Betterpad-Ray akan menggunakan pola-pola khas
Indonesia, karena memiliki nilai estetika yang tinggi, biasanya menampilkan
keindahan alam, dan memiliki pola lengkungan dan keluwesan yang indah.
Masjid Syahadat
Pendapa Peradaban
Bangunan Utama Betterpad-Ray
Demikianlah
penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu
Raya). Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin. Mohon maaf apabila ada kesalahan
terutama di artikel ini.
Referensi:
§ Manurung, Parmonangan. Pencahayaan Alami dalam Arsitektur.
2012. Yogyakarta: ANDI.
(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1713_Pencahayaan%20Alami%20dalam%20Arsitektur#mode/2up)
No comments:
Post a Comment