Arsitektur
rumah tradisional baik struktur maupun bahannya menunjukkan kondisi lingkungan
serta sumber bahan bangunan yang ada. Penduduk di daerah beriklim tropis
umumnya banyak menggunakan bambu atau kayu dalam membangun rumah. Sebaliknya
kayu dan bambu membatasi variasi bentuk/struktur bangunan, terutama jika
dikerjakan dengan teknologi sederhana. Bentuk dan struktur bangunan juga
dipengaruhi oleh iklim. Sudah seharusnya penduduk di daerah hujan tropis
membuat rumah yang beratap curam untuk memperlancar jatuhnya air. Penduduk yang
hidup di hutan yang banyak terdapat hewan buas harus membangun rumah di atas
tiang-tiang yang tinggi yang disebut rumah panggung (beberapa daerah di
Sumatera). Sedangkan penduduk yang hidup di daerah rawa-rawa, misalnya suku di
sebagian wilayah Papua harus membuat rumah di atas tiang-tiang yang cukup
tinggi untuk menghindari pasang-surutnya air payau. Sedangkan di beberapa
daerah pegunungan di Jawa Barat yang bersuhu dingin, penduduknya membuat rumah
panggung yang sekadar menghimpun udara hangat sebagai pemisah antara lantai dan
tanah.
Keterbatasan
variasi tersebut tentunya sudah tidak berlaku untuk masyarakat modern yang
teknologinya sudah maju. Dengan mudahnya, masyarakat modern dapat membuat
bangunan yang bisa memberikan kenyamanan tanpa pengaruh langsung iklim maupun
bahan yang tersedia di sekitarnya. Contoh dari hal tersebut adalah
kecenderungan masyarakat modern untuk membuat bangunan dengan langit-langit yang
disesuaikan dengan teknologi air conditioner. Masyarakat sekarang menjinakkan
iklim di luar dan memanfaatkan kemampuan teknologi.
Maket
Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya “Tembok Mural”) adalah desain bangunan yang
menggunakan teknologi arsitektur tradisional dan modern. Tujuan penggunaan
teknologi tradisional adalah untuk melestarikan budaya Nusantara Indonesia dan
mengenalkan teknologi tradisional kepada generasi modern agar mereka tahu bahwa
teknologi tradisional memiliki kehebatan yang sesuai dengan kondisi geografis
Indonesia. Seringkali orang-orang modern menganggap bahwa teknologi tradisional
adalah sesuatu yang terbelakang, sulit, belum praktis, dan sebagainya dan
teknologi modern adalah yang mampu meringankan pekerjaan manusia, cepat, dan
sesuai zaman. Namun perlu diketahui bahwa para pendahulu orang-orang Indonesia
modern adalah orang-orang yang mengenal nilai-nilai luhur, selalu berpikir dan
peka terhadap kondisi alam, dan selalu sopan santun. Hal ini berbeda dengan
generasi sekarang yang sebenarnya terlalu mengandalkan teknologi modern tanpa peka
terhadap kondisi sekitar. Karena itu, dibuatlah desain Maket Betterpad-Ray yang
setidaknya agar generasi sekarang tahu bahwa teknologi arsitektur tradisional
memang berguna bagi manusia. Sedangkan adanya penggunaan teknologi modern pada
Maket Betterpad-Ray jika dapat diwujudkan nantinya, Insya Allah, adalah agar
tetap sesuai dengan kondisi zaman sekarang yang semuanya serba cepat dan
praktis, dan itupun yang bermanfaat bagi manusia dan sudah digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, contoh paling mudah adalah penggunaan energi listrik.
Pendapa
Peradaban adalah contoh bangunan tradisional yang paling jelas terlihat di
dalam Maket Betterpad-Ray. Pada dasarnya desain pendapa Peradaban merupakan
pendapa yang dapat dijumpai di Jawa, namun desainnya diusahakan agar dapat
memiliki sebagian unsur-unsur bangunan yang ada di berbagai daerah di
Indonesia. Pendapa Peradaban memiliki keunikan yaitu adanya balkon yang tidak
lazim ditemui di pendapa-pendapa lain. Pagar pembatas balkon dapat didesain
agar mirip dengan arsitektur di luar Jawa, misalnya di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, atau Maluku. Sebenarnya akan diusahakan adanya unsur atap rumah Honai
(Papua) di sebagian atap Pendapa Peradaban, yang jelas semuanya ini perlu
pendapat dari para ahli atau budayawan seluruh Indonesia, termasuk dari Bali
dan Nusa Tenggara. Namun setidaknya dapat diberi ukiran rumah adat beserta
daerah asalnya di bagian tiang pendapa untuk pengetahuan bagi para pengunjung.
Tiang-tiang pendapa adalah salah satu bentuk teknologi tradisional, terutama
tiang utama (soko guru) yang menopang atap paling atas atau paling pusat.
Posisi atap pusat yang bentukya tinggi dan curam membuat tinggi bangunan
pendapa semakin besar. Hal ini berguna untuk tempat udara berkumpul sehingga
menyejukkan udara di dalamnya. Tidak adanya dinding-dinding pembatas di pendapa
juga berguna agar memperlancar sirkulasi udara. Sebagai ruang publik untuk
pertemuan dan tidak adanya privasi, keberadaan dinding pembatas memang tidak
diperlukan untuk pendapa. Teknologi modern yang dapat digunakan di pendapa yang
dapat menunjang aktivitas di dalamnya antara lain adalah lampu dan proyektor.
Proyektor berguna untuk menampilkan layar presentasi jika pendapa digunakan
untuk rapat atau sejenis seminar, dan sudah sebaiknya jika pendapa-pendapa
(terutama pemerintahan) memakai proyektor. Untuk keamanan, kamera pengawas juga
perlu dipasang. Karena sirkulasi udara sudah lancar, maka pendapa-pendapa
termasuk Pendapa Peradaban tidak membutuhkan Air Conditioner lagi.
Jika
melihat bangunan-bangunan di berbagai belahan dunia dan jika sudah mengetahui
karakteristik masing-masing, setidaknya dari luarnya saja dan walaupun hanya
melalui buku atau televisi atau internet, maka dapat dibuat perbandingan
tentang unsur-unsur bangunannya, seperti bahan, bentuk, ukuran, dan sebagainya.
Terkadang ada pandangan bahwa bangunan dengan bahan kayu atau bambu adalah
bangunan kuno dan bangunan dengan bahan semen adalah bangunan modern. Namun
sesuai penjelasan tadi, sebenarnya bahan-bahan tersebut memang digunakan karena
memang hanya sesuai dengan iklim dan ketersediaannya. Umumnya bangunan-bangunan
di belahan bumi bagian timur menggunakan bahan dasar dari kayu, termasuk
peradaban besar China. Bahan-bahan seperti kayu memang banyak ditemukan di
belahan bumi timur atau Asia bagian timur dan tenggara. Sedangkan
bangunan-bangunan di Timur Tengah, India, dan belahan bumi barat (Mesir, Eropa,
juga Benua Amerika) menggunakan bahan semen atau pasir atau batu, yang keras
dan bukan berasal dari tumbuhan. Hal ini karena bahan yang tersedia memang
benda-benda seperti itu dan berbeda dengan Indonesia yang sudah diakui oleh
dunia dengan keanekaragaman sumber daya alamnya, serta umumnya mereka berada di
daerah musim panas dan musim dingin yang signifikan. Suku-suku di Afrika,
Australia Aborigin, Indian, dan Oseania yang hidup di hutan atau alam bebas
hanya memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya dan rumahnya hanya sederhana saja
karena mereka bersahabat dengan alam dan alam pun sudah mencukupi kebutuhan
mereka tanpa harus bersusah payah. Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan
berbagai suku-suku dan bangsa-bangsa di dunia ini dengan karakteristik
masing-masing dan apa yang dibutuhkan oleh mereka. Yang terpenting, sudah
seharusnya mereka saling mengenal dan saling menghargai, karena suku dan ras
adalah ketetapan Tuhan untuk menguji manusia agar saling mengenal. Coba
dibayangkan jika hanya ada satu ras atau bangsa di dunia ini, manusia sebagai
makhluk berakal dan punya nafsu tentu akan merasa bosan. Dan tidak akan ada
keanekaragaman arsitektur yang membuat manusia “asyik” atau “suka” untuk
mempelajari keanekaragamannya.
Masjid Syahadat
Pendapa Peradaban
Bangunan Utama Betterpad-Ray
Demikianlah
penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya).
Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin. Mohon maaf apabila ada kesalahan terutama
di artikel ini.
Referensi:
·
Prof.
Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Jati Diri Arsitektur Indonesia. 1997. Bandung:
Penerbit Alumni. *Termasuk oleh: Prof.
Dr. S. Budhisantoso, seperti yang tercantum dalam buku referensi. (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1140_Jati%20Diri%20Arsitektur%20Indonesia#page/n1/mode/2up)
No comments:
Post a Comment