Rumah
tinggal yang baik memiliki akses cahaya matahari sebagai kebutuhan penghuninya.
Cahaya matahari tidak hanya berguna sebagai pemenuhan kebutuhan visual, tetapi
lebih dari itu. Cahaya matahari sangat dibutuhkan untuk menciptakan ruangan
yang sehat. Ruangan-ruangan dalam rumah harus memiliki udara bersih, bebas dari
kuman dan bakteri, serta mampu mencukupi kebutuhan vitamin D bagi orang-orang
di dalamnya. Hal tersebut membuat cahaya matahari memiliki peran sangat penting
bagi rumah tinggal, sebuah tempat bagi hampir semua orang dalam beraktivitas
setiap hari.
Pada
dasarnya, sebuah rumah tinggal memiliki kebutuhan yang relatif sama antara satu
dengan yang lain. Baik rumah yang sangat sederhana maupun rumah yang super
mewah mengakomodasi aktivitas yang tidak jauh berbeda antara keduanya.
Perbedaan yang ada lebih ke arah spesifikasi kegiatan, kebutuhan luas dan
volume ruang, serta berbagai perabotan dan peralatan yang ada di dalamnya.
Kegiatan yang dilakukan sehari-hari dan biasa dilakukan oleh semua orang
seperti makan, tidur, bersosialisasi, berkumpul, mandi, cuci, dan sebagainya,
memerlukan ruang-ruang yang berperan dalam mengakomodasi seluruh kegiatan
tersebut. Pembagian ruang dilakukan untuk mewadahi berbagai kegiatan tersebut,
sehingga ada berbagai ruang seperti ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur,
ruang makan, serta kamar mandi/toilet.
Ruang-ruang
tersebut ditata berdasarkan kebutuhan akan kedekatan dan akses antara satu
ruang dengan ruang lain. Beberapa ruang juga ditempatkan sesuai kebutuhan
privasi. Seringkali terjadi perancangan dan pengaturan ruang-ruang agar sesuai
kebutuhan dan keinginan yang lebih spesifik. Tidak jarang bahwa yang terjadi
adalah pengabaian beberapa faktor penting dalam proses perencanaan, terutama
faktor cahaya alami. Padahal cahaya alami adalah elemen penting dalam
perancangan sebuah rumah. Misalnya jika mengambil contoh tentang bentuk
jendela, seringkali lebih berorientasi pada selera dan mengabaikan arah datang
dan sudut cahaya matahari karena tidak memerhatikan faktor kebutuhan yang seharusnya.
Maka dibutuhkan pertimbangan yang menyeluruh dan benar dalam proses perancangan
sebuah rumah, baik kebutuhan fungsional, estetika, faktor kesehatan,
kenyamanan, keamanan, sampai pada pertimbangan dalam menghasilkan sebuah rumah
yang hemat energi.
Faktor
lokasi adalah hal yang berpengaruh dalam desain rumah tinggal yang berkaitan
dengan optimasi cahaya matahari yang masuk. Dalam hal desain tentunya ada
perbedaan untuk rumah di pemukiman padat di perkotaan dengan rumah di desa yang
lingkungannya relatif longgar. Namun tidak berarti ada kendala besar untuk
pemukiman padat yang membuat pemanfaatan cahaya matahari tidak bisa
dioptimalkan, karena kebutuhan cahaya alami sangat penting bagi manusia.
Indonesia
terletak di daerah beriklim tropis yang dilewati garis khatulistiwa sehingga mudah
mengakses cahaya matahari dengan kondisi dan intensitas yang relatif sama
setiap hari dari tahun ke tahun, berbeda dengan negara-negara yang memiliki
empat musim yang hanya memperoleh cahaya matahari secara maksimal saat
waktu-waktu tertentu. Namun ada banyak orang Indonesia yang tidak begitu peduli
dengan keuntungan ini. Desain rumah di Indonesia seringkali tidak memiliki
pertimbangan dalam memanfaatkan energi dan cahaya matahari secara maksimal.
Adakalanya rumah tersebut menggunakan cahaya buatan meskipun saat siang hari.
Sedangkan rumah-rumah tradisional nusantara mampu merespons dan memanfaatkan
cahaya matahari, misalnya pada pendapa (paviliun) atau bentuk bangunan-bangunan
lain yang memiliki sisi-sisi terbuka sebagai tempat berkumpul dan desain rumah yang ramping.
Pengaturan
arah dan tata denah rumah sangatlah penting. Contohnya ruang tidur harus berada
di bagian sisi-sisi rumah agar dapat diberi jendela sebagai akses cahaya alami.
Ruangan yang tidak terlalu membutuhkan cahaya matahari langsung seperti gudang
/ loteng dapat berada di sebelah dalam. Namun pasti ada kesulitan untuk
lingkungan padat penduduk di perkotaan serta harga tanahnya yang tinggi,
sehingga sulit mencari lokasi yang sesuai. Namun tetap dapat diusahakan agar
cahaya matahari dapat masuk ke berbagai sisi rumah, baik depan, samping, maupun
belakang. Jika hanya ada bagian depan yang cukup terbuka karena lingkungan
pemukiman yang padat, maka dapat memasukkan cahaya matahari dari atas atau
merancang bentuk rumah sehingga tetap dapat memasukkan cahaya matahari dari
berbagai sisi.
Yang
terpenting dalam desain rumah tinggal adalah tetap mempertimbangkan cahaya
alami. Harus ada keputusan tepat tentang ruang-ruang mana saja yang membutuhkan
cahaya matahari pagi dan langsung, dan ruang mana saja yang tidak terlalu
membutuhkan cahaya matahari langsung. Pertimbangan ini juga tetap memerhatikan
hubungan antar ruang dan akses yang mudah. Ruang tidur membutuhkan cahaya
matahari agar kondisinya mudah dilihat dan tetap hangat saat siang hari. Dapur
membutuhkan cahaya matahari karena makanan diolah di tempat ini. Kamar mandi /
toilet tetap membutuhkan cahaya matahari agar kuman-kuman dan bakteri tidak
berkembang biak secara pesat di dalamnya.
Insya
Allah jika terwujud, dari desain Maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya
“Tembok Mural”) akan memanfaatkan cahaya alami dengan baik sesuai dengan rencana
lokasinya yang berada di daerah iklim tropis Indonesia. Meskipun desain Betterpad-Ray
terlalu besar dan berlebihan untuk ukuran rumah tinggal, kecuali milik
orang-orang sangat kaya, namun tentu ada persamaan yang mendasar antara rumah
tinggal dengan bangunan Betterpad-Ray, terutama mengenai ruang-ruang yang
dibutuhkan manusia secara umum. Ruang-ruang yang dapat berada di setiap
bangunan biasanya adalah kamar mandi / toilet, ruang tamu / ruang tunggu, dapur
beserta ruang makan, dan kamar pribadi / ruang tidur. Kegiatan yang diwadahi
juga relatif ada persamaan untuk setiap bangunan, misalnya kegiatan bersosialisasi,
makan, beristirahat, kebutuhan di toilet, dan sebagainya, adalah hal-hal yang
dapat dilakukan baik di rumah maupun bangunan kantor atau fasilitas umum. Maket
Betterpad-Ray adalah kompleks bangunan yang memiliki tujuan utama dalam hal
pendidikan, sosial dan budaya. Kompleks bangunan manapun seperti perkantoran
dan museum biasanya memiliki berbagai ruangan yang bermacam-macam. Ruang-ruang
tersebut membutuhkan akses cahaya alami yang baik agar memberikan kehangatan
dan menjaga kesehatan orang-orang di dalamnya.
Dalam
rancangan kompleks bangunan Betterpad-Ray, Insya Allah akan memerhatikan bentuk
dan penataan akses cahaya alami dengan tetap memerhatikan estetika. Ruang-ruangnya
dapat ditata dengan memerhatikan aspek kedekatan dan hubungan antar ruang kemudian
mempertimbangkan bagaimana letak dan sistem akses pencahayaan alami yang dapat
diterapkan. Jika dilihat, Maket Betterpad-Ray memiliki desain Bangunan Utama
Betterpad-Ray yang dapat dianggap memiliki banyak ruangan dan dapat dianggap
sebagai kantor. Karena ukuran bangunan yang luas, pertimbangan tentang akses
cahaya alami sangat perlu dilakukan agar hemat energi. Dalam hal lokasi, Insya
Alalh kompleks bangunan Betterpad-Ray dapat menempati lahan yang luas sesuai
harapan dan tidak ada objek-objek sekitar yang secara signifikan menghalangi
cahaya matahari dari pagi hingga sore. Ini adalah hal yang dirasa baik dan tepat
dalam penataan ruang yang sehat dan aman dalam lingkungan.
Betterpad-Ray
memiliki beberapa bangunan berupa ruangan tunggal yang dapat dilihat dengan
jelas karena posisinya berada di bagian depan, yaitu Masjid Syahadat dan
Pendapa Peradaban. Terlihat bahwa desain Masjid Syahadat memiliki banyak
jendela yang memudahkan cahaya matahari masuk ke dalam ruangan, sebagaimana masjid-masjid
pada umumnya yang memiliki banyak jendela atau akses cahaya alami yang baik.
Pendapa Peradaban adalah desain karya arsitektur khas nusantara yang mampu memanfaatkan
cahaya alami dengan baik. Dengan sifatnya sebagai ruang publik, maka tidak ada
dinding penutup yang digunakan karena tidak adanya privasi sekaligus memudahkan
cahaya matahari menerangi bagian dalam pendapa.
Demikianlah
penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu
Raya). Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin. Mohon maaf apabila ada kesalahan
terutama di artikel ini.
Referensi:
·
Manurung,
Parmonangan. Pencahayaan Alami dalam Arsitektur. 2012. Yogyakarta: ANDI.
(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1713_Pencahayaan%20Alami%20dalam%20Arsitektur#mode/2up)
(Hobi Arsitektur)
No comments:
Post a Comment