Mewadahi
kegiatan adalah salah satu peran arsitektur yang dapat dirasakan dalam
kehidupan. Hal ini pula yang membedakan arsitektur dengan sebuah karya seni.
Karya seni cenderung menonjolkan unsur estetika daripada fungsinya. Sedangkan
arsitektur bermula dari kebutuhan tempat tinggal manusia, dalam hal ini adalah
bangunan buatan manusia yang merupakan kebutuhan primer selain pangan dan
sandang. Bangunan memiliki bentuk sesuai dengan budaya setempat, dari yang
awalnya sederhana kemudian kerumitan dan bentuk bangunan terus meningkat
seiring berjalannya waktu hingga membentuk karya arsitektur yang memiliki
berbagai fungsi serta nilai keindahan.
Sebuah
rumah tinggal, misalnya, dirancang agar mampu mewadahi berbagai kegiatan
pemilik atau penghuninya. Karena peran sebuah rumah tinggal dalam mengakomodasi
kegiatan berlangsung selama dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu,
maka sebuah rumah tinggal harus melayani berbagai kegiatan di dalamnya
terus-menerus. Maka rumah tinggal harus bisa menjalankan fungsinya dengan baik
dan benar.
Kantor
memiliki hal-hal yang berbeda dengan dengan rumah tinggal, misalnya dalam hal
waktu penggunaan bahwa kantor memiliki durasi pelayanan kegiatan yang relatif
lebih pendek. Demikian juga dengan organisasi yang ada serta berbagai sistem
pendukungnya pun akan berbeda. Secara umum, sebuah kantor berfungsi selama
delapan sampai sepuluh jam dalam sehari, serta beroperasi selama lima atau enam
hari dalam seminggu. Perbedaan durasi dalam berlangsungnya aktivitas tersebut
akan menciptakan perbedaan dalam hal desain antara kantor dengan rumah tinggal.
Dalam
pembahasan mengenasi durasi waktu dalam mewadahi kegiatan secara umum, sebuah
tempat ibadah seperti masjid, dapat menjadi contoh lain. Secara garis besar,
sebuah masjid melayani kegiatan ibadah minimal untuk lima kali sholat wajib
dalam sehari, termasuk sholat Jum’at. Tentu saja masih ada kegiatan lain yang
bisa dilakukan di masjid. Tentunya hal ini juga berpengaruh pada desain dan
sistem di dalamnya, sebagaimana halnya dengan rumah tinggal dan kantor.
Bangunan-bangunan
lainnya juga memiliki peran dalam mengakomodasi kegiatan. Setiap bangunan
memiliki fungsi tertentu dan kebutuhan desain akan berorientasi pada fungsi
agar setiap kegiatan yang diwadahinya dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Bangunan membutuhkan bantuan cahaya dalam menunjang kegiatan di dalamnya.
Cahaya dapat membuat berbagai kegiatan berjalan dengan baik. Tanpa cahaya, yang
terjadi adalah hilangnya kemampuan untuk mengakses informasi visual. Hal ini
juga berarti bahwa manusia tidak memiliki informasi tentang ruang tepatnya
tempat mereka berada, baik elemen pembentuk ruang, luas atau dimensi ruang,
volume ruang, serta berbagai elemen yang ada di dalam ruang. Tanpa
informasi-informasi tersebut, manusia tidak dapat melakukan kegiatan dengan
baik, bahkan beberapa aktivitas tidak dapat dilakukan sama sekali.
Seseorang
dapat membayangkan jika memasuki sebuah kantor yang di dalamnya gelap tanpa ada
penerangan. Seseorang dapat menyimpulkan bahwa sulit atau bahkan tidak ada
kegiatan yang bisa dilakukan di tempat tersebut. Atau ketika pada malam hari
sedang duduk santai dan bercengkerama dengan keluarga di ruang keluarga,
kemudian terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba, maka tidak ada banyak hal
yang bisa dilakukan sebelum memperoleh sumber penerangan yang lain, misalnya
lilin atau senter. Hal ini menunjukkan pengaruh besar dari cahaya pada kegiatan
atau fungsi sebuah ruang.
Insya
Allah jika terwujud, kompleks bangunan dari desain Maket Betterpad-Ray (Benteng
Terpadu Raya “Tembok Mural”) dapat mewadahi berbagai kegiatan positif yang
bermanfaat dengan adanya pemanfaatan cahaya alami dengan baik. Jika dilihat,
maka dapat disimpulkan bahwa desain tersebut memiliki berbagai bangunan untuk
mewadahi tiap-tiap kegiatan sesuai dengan fungsinya. Cahaya alami (matahari) memang
berperan besar dalam menerangi bumi sehingga kehidupan terus berjalan dan
manusia bisa melakukan berbagai aktivitas dengan aman dan nyaman. Maka sumber
cahaya yang sangat besar ini harus dimanfaatkan dengan baik pada
bangunan-bangunan, begitu juga dengan desain Maket Betterpad-Ray.
Jika
diperhatikan dalam hal ukuran dan jumlah bangunan, maka terlalu berlebihan jika
desain Betterpad-Ray ditujukan sebagai tempat tinggal pribadi, kecuali untuk
istana ataupun rumah milik hartawan yang sangat kaya raya. Namun dari sisi
durasi penggunaannya, mungkin saja bangunan ini melayani aktivitas hingga dua
puluh empat jam, terutama jika melihat pendapa yang bernama Pendapa Peradaban
(paviliun) yang merupakan aula seperti aula-aula lain yang bisa digunakan
hingga malam hari. Terlebih misalnya jika ada pementasan wayang kulit Jawa yang
biasa dilakukan dari malam hari hingga hampir Subuh. Mungkin juga bahwa desain
Betterpad-Ray digunakan sebagai tempat menginap untuk dua puluh empat jam. Tapi
pembahasan tersebut tentunya masih jauh dari waktu penulisan artikel ini,
semuanya bisa mungkin terjadi. Yang penting, untuk bangunan dengan aktivitas
dua puluh jam membutuhkan pengaturan cahaya alami yang baik saat siang hari dan
pemasangan lampu yang cukup pada malam hari.
Desain
maket Betterpad-Ray juga mungkin digunakan sebagai kantor. Adanya Bangunan
Utama Betterpad-Ray di belakang pendapa memang dapat memberikan kesan bahwa
bangunan tersebut adalah tempat berbagai aktivitas utama dilakukan. Adanya jendela-jendela
yang banyak menunjukkan bahwa desain Bangunan Utama memiliki akses pencahayaan
alami yang baik agar aktivitas di dalamnya bisa dilakukan dengan baik. Umumnya kantor-kantor
memang memiliki akses cahaya alami yang baik, karena biasanya terdiri dari
banyak ruang yang membutuhkan akses ke luar berupa jendela agar bisa mengetahui
keadaan di luar dan mudah keluar jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Untuk
urusan keamanan memang sudah ada petugas keamanan, karena banyaknya jumlah
jendela juga membuat hal-hal buruk mudah masuk ke dalam kantor.
Umumnya masjid-masjid telah memiliki akses
pencahayaan alami yang baik dengan adanya banyak jendela kaca, bahkan ada ruang
yang benar-benar terbuka tanpa jendela penutup dan dinding, hanya ada
pilar-pilar penyangga atap. Begitu juga dengan desain Masjid Syahadat yang
tampilan yang banyak terdapat jendela. Dengan adanya banyaknya jendela, cahaya
alami mudah masuk ke dalam masjid sebagai penerangan. Terlebih masjid adalah
bangunan dengan ruangan tunggal sebagai tempat ibadah yang umumnya berukuran
luas, maksudnya tidak ada pembagian ruangan di dalamnya sehingga cahaya alami
benar-benar efektif dalam menerangi seluruh bagian ruangan masjid.
Dalam
hal pencahayaan, jangan sampai ada ruangan yang kurang penerangan atau gelap di
dalam bangunan, termasuk dalam desain maket Betterpad-Ray. Selain tidak bisa
melihat berbagai objek dengan baik, ruangan yang gelap juga memiliki dampak
negatif dan bisa membahayakan. Yang menjadi masalah di ruangan gelap adalah
bahwa jika terdapat benda-benda atau binatang yang berbahaya sedangkan mata tak
bisa melihat. Maka akibatnya bisa fatal bagi orang-orang di dalamnya. Ruangan yang
gelap juga cenderung mudah kotor dan sulit untuk dibersihkan karena sulitnya
dalam melihat saat pembersihan. Karena itu, cahaya adalah hal yang memiliki
manfaat besar bagi kehidupan yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena itu
cahaya adalah simbol untuk hal-hal yang positif.
Masjid Syahadat
Pendapa Peradaban
Bangunan Utama Betterpad-Ray
Demikianlah
penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu
Raya). Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin. Mohon maaf apabila ada kesalahan
terutama di artikel ini.
Referensi:
·
Manurung,
Parmonangan. Pencahayaan Alami dalam Arsitektur. 2012. Yogyakarta: ANDI.
(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1713_Pencahayaan%20Alami%20dalam%20Arsitektur#mode/2up)
No comments:
Post a Comment