Permasalahan
air tanah identik dengan permasalahan air permukaan yaitu mengenai kuantitas
dan kualitas dan dampak lain seperti terjadinya penurunan permukaan tanah.
Tantangan
utama yang dihadapi dalam pengelolaan air tanah di Indonesia adalah terbatasnya
pasokan air dari sumber air permukaan, ketergantungan yang tinggi terhadap air
tanah untuk penyediaan pasokan air, dan maraknya pengambilan sumber air ini
karena tuntutan kebutuhan air yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, baik
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun pelayanan umum di perkantoran,
tempat perbelanjaan, pabrik atau industri, pertanian, pertambangan, dan di
berbagai tempat lainnya (Danaryanto dkk., 2008a, diubah seperlunya).
Pelayanan
air bersih melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang dilaksanakan oleh
pemerintah belum dapat menjangkau semua
wilayah. Sedangkan wilayah yang masyarakatnya sudah terjangkau oleh PDAM,
ternyata belum semua kebutuhan air bersihnya terpenuhi 100 % sehingga mereka
cenderung mencari cadangan sumber air bersih lain. Bahkan sebagian masyarakat
tidak mau berlangganan PDAM karena harus membayar biaya pemakaian setiap
bulannya, dan lebih memilih memakai sumber air tanah yang lebih murah.
Sedangkan
di wilayah yang belum dilayani PDAM sama sekali, masyarakatnya harus mencari
sumber air bersih dengan upaya sendiri dan mereka mendapatkan air bersih dari
air tanah sebagai pilihan pertama dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih. Hal
ini mengakibatkan semakin banyak terjadi pengambilan air tanah oleh masyarakat
sehingga terjadi penurunan muka air tanah (Danaryanto dkk., 2008a, diubah
seperlunya).
Dari
sumber-sumber berita dari televisi atau internet yang terpercaya, sudah dapat
diketahui bahwa pengambilan air tanah di kota-kota besar dan pusat-pusat
industri di Indonesia sudah begitu intensif. Ada banyak industri atau hotel
yang memiliki banyak sumur produksi, bahkan ada suatu perusahaan dengan lebih
dari 20 sumur dengan pengambilan air tanah lebih dari 8.000 m3 per
hari. Maka terjadi penurunan kuantitas dan kualitas serta lingkungan air tanah
di pusat-pusat pengambilan air tanah (Danaryanto et al., 2005, diubah
seperlunya). Hal ini menimbulkan konflik antara pihak industri dan masyarakat,
karena dampak negatif pengambilan air tanah secara intensif oleh industri
berupa penurunan muka air tanah.
Akibatnya sumur warga menjadi kering dan tercemar, meskipun sebenarnya ada
kewajiban bagi setiap industri pengambil air tanah untuk memberikan 10 % dari
air tanah yang dipompa kepada masyarakat sekitar. Namun hal tersebut umunya
tidak dilakukan.
Selain
itu hal yang cukup mengkhawatirkan adalah berubahnya daerah resapan air tanah
yang berubah menjadi daerah pemukiman, industri, dan lain-lain. Di sisi lain
karena peningkatan penduduk maka kebutuhan air semakin meningkat. Maka dapat
dikatakan bahwa permasalahan air tanah akan menjadi bertambah parah karena
ketersediaan air berkurang dan sekaligus kebutuhan air meningkat.
Insya
Allah jika terwujud, Maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya “Tembok Mural”)
akan dibangun dengan memerhatikan permasalahan air tanah. Hal tersebut untuk
menjaga kualitas dan kuantitas air tanah serta mencegah berbagai dampak negatif
dari pengambilan air tanah secara tidak tepat dan berlebihan, misalnya
penurunan tanah. Maket Betterpad-Ray adalah desain kompleks bangunan untuk
tujuan pendidikan dan sosial budaya, maka diharapkan bahwa desain dan
kehadirannya tidak akan merusak lingkungan jika sudah dibangun. Untuk kebutuhan
air, biasanya bangunan-bangunan besar memang memilih untuk membuat sumur
sendiri daripada melalui PDAM, karena tentunya untuk kebutuhan besar maka lebih
mudah jika mengambil air tanah sendiri dan ini sudah merupakan hal biasa. Pada dasarnya,
juga tidak umum dan hal yang sulit bila memenuhi kebutuhan air dengan mengambil
air secara langsung dari air permukaan, seperti sungai, danau, atau telaga. Untuk
daerah yang persediaan airnya cukup, mengambil air dari air permukaan adalah
hal yang merepotkan. Namun ada juga negara yang memanfaatkan air permukaan secara
langsung untuk kebutuhan air, bahkan menggunakan air laut. Arab Saudi adalah
negara dengan keadaan geografis berupa gurun dan sulit untuk memperoleh air
tanah, kecuali ada sumur seperti sumur Zam-Zam di kota Mekkah. Maka Arab Saudi
mengolah air laut yang rasanya asin agar dapat layak diminum, tentunya airnya
sudah tidak asin lagi.
Hal yang
menjadi masalah dalam pengambilan air tanah adalah jika kumpulan tanah di dalam
ikut tersedot bersama air tanah yang keluar saat dipompa. Tanah yang ikut
terambil secara terus-menerus akan mengurangi tanah di bawah permukaan sehingga
jika tidak ada yang menyangga permukaan tanah dan ruang kosong bawah tanah
semakin besar, maka terjadi penurunan tanah atau amblas. Hal ini tentu tidak
diharapkan oleh berbagai pihak termasuk jika Maket Betterpad-Ray bisa dibangun.
Jika terjadi penurunan tanah, maka bangunan akan mengalami kerusakan dan tentu
sangat sulit untuk diperbaiki karena hampir mustahil bisa menaikkan permukaan
tanah lagi. Belum lagi dampak negatifnya terhadap ruang yang lingkup yang lebih
luas, terutama lingkungan masyarakat. Rumah-rumah penduduk bisa rusak dan
fasilitas umum seperti jalan mengalami kerusakan sehingga tidak bisa
dimanfaatkan dengan baik. Maka hal ini harus dicegah agar tidak terjadi
kerusakan lingkungan yang parah lagi.
Mengingat
jumlah air tanah yang disedot sangat banyak untuk bangunan-bangunan besar, maka
harus menggunakan proses pengambilan air tanah yang tepat dan tidak merusak
lingkungan dengan adanya peran para ahli. Yang terpenting adalah mengurangi
jumlah tanah yang ikut tersedot bersama air tanah secara signifikan dengan
membuat sumur-sumur yang memiliki struktur yang tepat. Desain Betterpad-Ray akan
menggunakan air tanah untuk tujuan positif dan edukasi, sehingga tidak akan
digunakan untuk hal bersenang-senang yang tentunya boros. Selain itu, pembuatan
bangunan harus memberikan tempat resapan air agar jumlah air tanah yang
tersedia dapat memenuhi kebutuhan dengan baik. Jika tidak ada tempat resapan
air, maka air tidak dapat masuk ke dalam tanah dan dapat menyebabkan banjir.
Selain
dalam praktiknya, Maket Betterpad-Ray dapat digunakan sebagai tempat untuk
mengadakan diskusi atau seminar mengenai permasalahan air tanah. Hal ini dapat
dilaksanakan di Pendapa Peradaban atau Bangunan Utama. Permasalaahan air tanah
perlu dibahas oleh berbagai pihak karena di zaman sekarang sudah terdapat
berbagai permasalahan air tanah yang menimbulkan dampak negatif yang merugikan.
Hal tersebut harus segera dicari solusinya termasuk cara-cara pencegahannya
dengan mengolah air tanah secara tepat. Tentunya para ahli memiliki kemampuan
dan pemikiran-pemikiran yang berguna, terutama bagi masyarakat umum. Karena itu,
Betterpad-Ray menyediakan tempat agar para ahli dapat berbicara mengenai
permasalahan air tanah dan semoga dapat diaplikasikan dengan baik dan benar
dengan peran dari berbagai pihak yang terkait. Betterpad-Ray juga akan membuat
perpustakaan dengan berbagai tema buku, dalam hal ini adalah kelestarian air. Sudah seharusnya agar
seluruh instansi, organisasi, atau perusahaan agar membuat perpustakaan dengan bacaan-bacaan
yang positif agar dapat dibaca dan menambah wawasan.
Masjid Syahadat
Pendapa Peradaban
Bangunan Utama Betterpad-Ray
Demikianlah
penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu
Raya). Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin. Mohon maaf apabila ada kesalahan
terutama di artikel ini.
Referensi:
·
Robert
J. Kodoatie dan Roestam Sjarief. Tata Ruang Air. 2010. Yogyakarta: ANDI.
(https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1822_Tata%20Ruang%20Air#mode/2up)
(Hobi Arsitektur)
No comments:
Post a Comment