Pada Bulan
Sya’ban tahun 4 Hijriah, Nabi Muhammad bersama 1500 pasukannya berangkat menuju
Badar untuk melakukan pertempuran kembali melawan kaum musyrikin. Sebelumnya
setelah perang Uhud selesai, kedua pasukan telah membuat janji untuk bertemu
kembali dalam pertempuran berikutnya di Badar.
Sebelumnya setelah
peritiwa Banu Nadhir dari kaum Yahudi keluar dari Madinah, kaum muslimin merasa
bebannya sudah berkurang karena sudah tidak perlu khawatir terhadap orang-orang
munafik. Kaum Muhajirin merasa senang karena telah mendapatkan tanah dari bekas
milik orang-orang Nadhir. Kaum Anshar juga bergembira karena Muhajirin sudah
hidup mandiri tanpa perlu bergantung pada mereka. Mereka merasa lega dan untuk
sementara mereka hidup tenang, aman, dan tenteram. Dalam kondisi seperti itu ,
sekitar setahun setelah perang Uhud, teringat oleh Nabi Muhammad tentang ucapan
Abu Sufyan saat perang Uhud usai, “Yang sekarang ini untuk peristiwa perang
Badar. Sampai jumpa tahun depan!”. Maksudnya setelah kaum musyrikin dikalahkan
kaum muslimin di Perang Badar Kubro pertama, kaum musyrikin bisa mengalahkan
kaum muslimin di perang Uhud sebagai balas dendam. Dia juga mengajak Nabi
Muhammad untuk bertempur lagi di Badar. Namun pada tahun itu sedang terjadi
musim kering (paceklik). Sebenarnya Abu Sufyan berharap bahwa perang itu
diadakan di waktu lain saja.
Lalu, Abu Sufyan
mengutus Nusaim bin Mas’ud ke Madinah untuk menyampaikan pesan kepada pihak
muslimin bahwa Quraisy telah mengerahkan pasukannya dalam jumlah banyak yang
belum pernah terjadi di Arab. Kaum Musyrikin sudah siap menyerang kaum muslimin
hingga hancur tanpa sisa. Sepertinya ada kaum muslimin yang ingin menghindari
bahaya itu. Banyak di antara mereka yang enggan pergi ke Badar untuk bertempur.
Rasulullah marah saat mengetahui sikap kaum muslimin yang lemah itu. Beliau
bersumpah dengan mengatakan kepada mereka bahwa beliau akan pergi ke Badar
meskipun seorang diri. Akhirnya segala sikap ragu dan perasaan kaum muslimin
segera hilang. Kaum Muslimin segera bersiap-siap menyiapkan berbagai
perlengkapan serta membawa senjata dan berangkat ke Badar. Rasulullah
menyerahkan pimpinan kota Madinah untuk sementara kepada Abdullah bin Abdullah
bin Ubay bin Salul. Dia adalah seorang muslim yang beriman, berbeda dengan
ayahnya yang merupakan seorang tokoh munafik hingga akhir hayatnya. Ketika kaum
muslimin sampai di Badar, mereka menunggu kedatangan musyrikin Quraisy dalam
keadaan waspada dan siap bertempur.
Sementara itu,
Abu Sufyan berangkat dari Mekkah bersama 2000 orang musyrikin Mekkah. Namun Abu
Sufyan berangkat dengan berat hati karena kekhawatiran tentang akibat perang
melawan kaum muslimin. Setelah dua hari perjalanan, Abu Sufyan berpikir bahwa
sebaiknya dia pulang saja. Maka dia mengambil keputusan di tengah perjalanan
untuk kembali lagi ke Mekkah dan tidak jadi berperang. Dia berkata, “Wahai
saudara-saudaraku dari Quraisy, sebenarnya yang cocok untuk kita hanyalah dalam
musim subur, sedangkan kita sedang menghadapi musim kering. Saya memutuskan
untuk pulang saja. Maka pulanglah saja kalian”. Maka pasukannya juga memutuskan
untuk ikut pulang saja karena tampaknya memiliki kekhawatiran yang sama.
Sementara itu,
Rasulullah bersama tentara Muslimin terus menunggu kedatangan musyrikin Quraisy
selama delapan hari di Badar. Di situ mereka juga masih bisa memanfaatkan waktu
untuk berdagang dan mendapatkan laba. Lalu mereka kembali ke Madinah dengan
perasaan gembira, karena selain pertempuran tidak terjadi, mereka juga mendapat
keuntungan yang merupakan karunia dari Allah SWT. Karena peristiwa itu, kaum
muslimin kembali mendapatkan kepercayaan diri dan kewibawaannya serta dapat
mengendalikan situasi. Maka turunlah firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran
ayat 168-175:
ٱلَّذِينَ
قَالُواْ لِإِخۡوَٰنِهِمۡ وَقَعَدُواْ لَوۡ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُواْۗ قُلۡ فَٱدۡرَءُواْ
عَنۡ أَنفُسِكُمُ ٱلۡمَوۡتَ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ١٦٨ وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي
سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ ١٦٩ فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن
فَضۡلِهِۦ وَيَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمۡ يَلۡحَقُواْ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ
أَلَّا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
١٧٠ ۞يَسۡتَبۡشِرُونَ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ وَأَنَّ ٱللَّهَ
لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٧١ ٱلَّذِينَ
ٱسۡتَجَابُواْ لِلَّهِ وَٱلرَّسُولِ مِنۢ بَعۡدِ مَآ أَصَابَهُمُ ٱلۡقَرۡحُۚ
لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ مِنۡهُمۡ وَٱتَّقَوۡاْ أَجۡرٌ عَظِيمٌ ١٧٢ ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ
قَدۡ جَمَعُواْ لَكُمۡ فَٱخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ إِيمَٰنٗا وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ
وَنِعۡمَ ٱلۡوَكِيلُ ١٧٣ فَٱنقَلَبُواْ
بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ لَّمۡ يَمۡسَسۡهُمۡ سُوٓءٞ وَٱتَّبَعُواْ
رِضۡوَٰنَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ ذُو فَضۡلٍ عَظِيمٍ
١٧٤ إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ فَلَا
تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
١٧٥
168. Orang-orang yang mengatakan kepada
saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya
mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh". Katakanlah:
"Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang
benar".
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan
mendapat rezeki.
170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan
karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati
terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka,
bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan
karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang beriman.
172. (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah
Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi
orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala
yang besar.
173. (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan
Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya
manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah
kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung".
174. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia
(yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka
mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
175. Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan
yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy),
karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika
kamu benar-benar orang yang beriman.
Dengan begitu,
perang Badar terakhir yang tidak terlaksana benar-benar telah menghapus
pengaruh perang Uhud. Musyrikin Quraisy sepertinya masih menunggu kesempatan
lain dengan mereka tetap tercemar karena sikap pengecut yang tidak lebih baik
dari kekalahan mereka di perang Badar pertama. Nabi Muhammad bersyukur karena
telah mendapat pertolongan Allah SWT dan hatinya merasa tenteram karena
kewibawaan kaum muslimin telah kembali. Namun mereka tetap waspada terhadap
segala tipu muslihat musuh dan selalu mengawasi berbagai penjuru hingga
akhirnya mereka memperoleh kemenangan yang sebenarnya dengan telah sempurnanya
agama Islam.
Referensi:
·
Mubarakfuri,
Syekh Shafiyyur-Rahman, dan Haidir, Abdullah (Penerjemah). 2005. Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah.
Riyadh: Kantor Dakwah dan Bimbingan bagi Pendatang Al-Sulay.
·
Haekal,
Muhammad Husain, dan Audah, Ali (Penerjemah). Sejarah Hidup Muhammad.
No comments:
Post a Comment