Beton
merupakan komponen bangunan yang berfungsi untuk tekan. Jika beban di atasnya
lebih berat maka sangat mungkin terjadi lenturan ketika beton dipasang sebagai
balok horisontal dan akan tertekuk jika dipasang secara vertikal. Lenturan dan
tekukan yang diterima beton tentu tidak dapat ditahan, karena beton bersifat
kaku atau tidak elastis sehingga perlu diberi rangka besi. Dengan penggabungan
ini, beton bertulang dapat berfungsi sebagai penyalur beban yang ada di
atasnya.
Beton
terbuat dari gabungan material alam yang diaduk dengan komposisi tertentu supaya memperoleh kekuatan tekan yang diinginkan. Material alam untuk beton
adalah pasir, semen, batu split, dan air. Beton bertulang yang biasa digunakan
untuk bangunan sederhana memilki perbandingan bahan yaitu 1 bagian semen, 2
bagian pasir, dan 3 bagian batu split yang dicampur dengan air. Semen Portland
adalah jenis yang sering digunakan. Kekuatan beton dapat dinyatakan dengan K
yang diikuti angkan di belakangnya, misalnya K100, K125, K200, K250, dan
sebagainya. Maksudnya, beton dapat menahan beban tertentu dalam suatu ukuran
luas yang dinyatakan dalam satuan kg/cm3. Misalnya, K200 memiliki
arti bahwa beton dapat menahan beban sebesar 200 kg/cm3.
Selain
angka kekuatan, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kekentalan beton.
Misalnya ada struktur yang memerlukan beton lembek atau encer, dan ada juga
yang memerlukan beton agak keras atau kental.
Pada
bangunan sederhana, terdapat tiga jenis beton bertulang dari segi posisinya,
yaitu sloof, kolom, dan ring balok. Ada juga jenis beton bertulang lain pada
bangunan yang lebih rumit, misalnya untuk tangga dan lantai bertingkat. Berikut
ini adalah jenis-jenis beton bertulang berdasarkan posisinya.
a.
Sloof,
yaitu beton bertulang yang diletakkan secara horisontal di atas pondasi.
Gunanya untuk meratakan beban yang bekerja terhadap pondasi dan pengikat
struktur bawah ujung dasar kolom. Panjang sloof sama dengan pondasi. Ukuran
sloof tergantung pada tipe bangunan. Untuk bangunan satu lantai, lebarnya 15 cm
dan tinggi 20 cm.
b.
Kolom
beton atau tiang beton, yaitu bagian struktur atas yang diletakkan secara
vertikal. Kolom beton berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata dan
penerus beban dari atas ke pondasi. Jarak antar kolom beton adalah 3 -4 m.
Ukurannya dapat disesuaikan dengan beban yang diterima, biasanya sama dengan lebar
bata, dengan empat buah tulangan besi berdiameter 10 mm. Cincin besi yang
digunakan berdiameter 6 – 8 mm dengan jarak antar cincin 15 – 20 cm. Pada
bangunan bertingkat, jarak antarkolom dapat mencapai 4 -5 meter dengan ukuran
kolom lebih besar, sekitar 20 x 25 cm, dengan enam buah besi tulangan
berdiameter 12 mm dengan jarak antar cincin 15 – 20 cm.
c.
Ring
balok adalah bagian struktur yang terletak di atas pasangan bata. Ring balok
berfungsi sebagai tumpuan konstruksi atap dan pengikat pasangan dinding bata
pada bagian atas. Ring balok yang miring (pada atap pelana) dapat digunakan
sebagai tumpuan gording.
d.
Balok
merupakan bagian struktur atas untuk dudukan lantai dan pengikat kolom lantai
atas. Balok berfungsi sebagai rangka penguat horisontal bangunan yang akan
mendapat tumpuan beban. Dalam balok, terdapat daerah tengah yang melentur (disebut
lapangan) dan daerah ujung yang menahan tumpuan (disebut tumpuan). Daerah
lapangan menahan beban dari atas, sehingga dapat melengkung ke bawah dan dapat
diatasi dengan menambah jumlah besi di daerah ini. Sedangkan tumpuan bagian
atas akan mengalami penarikan sehingga butuh lebih banyak besi.
e.
Pelat
beton, dapat berfungsi sebagai lantai pada bangunan bertingkat atau atap (untuk
atap datar). Ujung pelat beton diikat oleh balok sebagai tumpuannya. Ketebalan
minimal pelat beton untuk lantai adalah 12 cm, sedangakn ketebalan minimal
pelat beton untuk atap adalah 8 cm. Pelat beton juga dapat digunakan untuk atap
teras maupun lantai dasar pada bangunan industri atau pabrik karena menahan
beban berat
Insya
Allah jika dapat terwujud, pembangunan Masjid Syahadat dari maket Betterpad-Ray
(Benteng Terpadu Raya) harus memerhatikan kekuatan beton bertulang dengan
serius. Intinya, agar bangunan kuat dan dapat berdiri kokoh sehingga aman bagi
para pengunjung. Bahan-bahan untuk beton bertulang harus sesuai dengan
perhitungan yang akurat, tidak boleh dikurangi. Selain itu kualitas bahan juga
penting diperhatikan. Beton yang digunakan untuk bangunan termasuk Masjid
Syahadat adalah beton kelas 2 yang digunakan untuk pekerjaan struktural dan
untuk desain ini menggunakan kekuatan terhadap tekanan yang besar karena ukuran
masjid yang besar, misalnya K200 atau K225. Selain kelas 2, ada beton kelas 1
untuk pekerjaan nonstruktural (tanpa penulangan) dan beton kelas 3 yang mutunya
di atas K225 untuk beban berat seperti jalan layang atau jembatan.
Beton
bertulang juga dapat memberikan unsur seni dan keindahan pada bangunan,
khususnya desain Masjid Syahadat. Kolom beton untuk lantai bertingkat umumnya
lebih besar dari lebar dinding bata sehingga terlihat menonjol dari luar.
Dengan posisi vertikal dan jarak antarkolom yang sama, maka dapat indah
dipandang. Terlebih jika diberi warna kontras dengan warna dindingnya. Misalnya
jika dinding berwarna kuning, maka tampilan kolom beton dapat berwarna hijau,
warna yang sesuai untuk Masjid Syahadat. Masjid Syahadat juga memiliki tangga
yang juga menggunakan beton bertulang. Tangga juga harus didesain dengan indah
dan kuat agar nyama bagi pengunjung.
Demikian artikel dari saya ini.
Semoga desain Masjid Syahadat yang merupakan bagian dari maket Betterpad-Ray
(Benteng Terpadu Raya) dapat memberikan inspirasi dan dapat diwujudkan. Aamiin.
Referensi:
·
Susanta,
Gatut, dkk. Membangun Masjid & Mushola. 2007. Depok: Penebar
Swadaya. (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1048_Membangun%20Masjid%20dan%20Mushola#mode/2up)
Pendapa Peradaban
(Hobi Arsitektur)
No comments:
Post a Comment