Sejak
zaman dahulu, bangsa Indonesia telah berinteraksi dengan bangsa lain melalui
perdagangan dan pelayaran terutama di kota-kota pelabuhan nusantara. Di zaman
globalisasi yang modern saat ini, hubungan antarbangsa lebih mudah terjadi
sehingga terbukalah kebudayaan Indonesia terhadap pengaruh luar. Maka
terjadilah perubahan norma dalah kehidupan masyarakat Indonesia. Misalnya apa
yang dahulu merupakan larangan sekarang telah diterima oleh masyarakat.
Contohnya perempuan zaman dahulu yang umumnya hanya berada di dapur, di zaman
sekarang telah memiliki profesi dan bekerja sesuai keahliannya. Cara bergaul
generasi muda zaman sekarang juga berubah. Sikap anak terhadap orang tua pada
zaman sekarang juga sangat berbeda dengan generasi orang tua mereka. Anak
keluarga Jawa (daerah) yang tinggal di Jakarta (ibukota) jarang dapat berbahasa
Jawa (bahasa daerah) dengan baik, apalagi sesuai tata krama. Ada kasus yaitu
anak-anak keturunan Jawa yang lahir dan tinggal di Jakarta karena orang tuanya
merantau, disekolahkan ke daerah asal orang tuanya (di desa) saat masih kecil.
Anak-anak tersebut biasanya tinggal bersama kakek nenek mereka. Jika mereka
hanya tinggal sebentar di desa, mungkin hanya satu atau dua tahun, biasanya terlihat bahwa
logat dan bahasa mereka berbeda dengan logat anak-anak desa, meskipun mereka
berusaha menggunakan bahasa daerah. Namun untuk anak-anak yang lahir di kota
yang tinggal di desa dalam waktu bertahun-tahun, mereka juga dapat menyesuaikan
penggunaan bahasa dengan baik.
Berhubungan
dengan arsitektur, perlu dilakukan penelitian bahwa bagaimanakah penerapan
elemen arsitektur tradisional pada bangunan baru yang berkaitan dengan
perubahan norma-norma sosial. Hal tersebut memang masih sulit dijawab. Yang perlu
dikhawatirkan dengan adanya globalisasi zaman sekarang adalah bahwa generasi
muda langsung menerima norma-norma atau kebiasaan dari luar begitu saja tanpa
memilah terlebih dahulu. Kebiasaan yang
datang dari luar negeri dapat membawa pengaruh baik dan buruk terhadap bangsa
Indonesia. Jika pengaruh itu ada yang memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia,
maka itu harus diterima dengan baik dan dijadikan sebagai contoh, misalnya penggunaan
teknologi. Namun akan berbahaya bagi bangsa Indonesia jika pengaruh buruk dari
luar telah menjadi kebiasaan rakyat Indonesia terutama generasi muda, misalnya
cara bicara yang kurang sopan, pakaian yang terbuka, dan sebagainya. Norma-norma
bangsa Indonesia harus dijaga dan dilestarikan dengan baik, misalnya cara dan
sikap dari orang muda ke orang yang lebih tua harus sopan dan tidak sembarangan
memanggil namanya begitu saja, misalnya harus dengan sapaan “Ibu”, “Bapak”, dan
sebagainya.
Maket
Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya) didesain agar rakyat Indonesia mencintai
kebudaayaan bangsa mereka sendiri terutama dalam hal arsitektur. Maket
Betterpad-Ray didesain dengan gaya Arsitektur tradisional terutama pada
bangunan pendapa atau dapat disebut paviliun. Adanya pendapa ini membuat
generasi sekarang tahu bahwa bangsa Indonesia telah pandai dalam membuat
bangunan dan bidang arsitektur. Pendapa memiliki kegunaan yang positif, umumnya
sebagai tempat berkumpul untuk membahas sesuatu. Dengan ruang terbuka tanpa
dinding, aliran udara yang masuk ke dalam menjadi lancar sehingga menimbulkan
kesejukan ketika udara sedang panas karena iklim tropis. Selain itu, pendapa
adalah paviliun yang memiliki unsur keindahan yang tinggi dan memiliki bentuk
atap yang unik. Meskipun sulit, saya berharap bahwa generasi muda dapat
mencintai budaya yang dibuat oleh para pendahulu mereka sehingga mereka dapat
menghormati orang yang lebih tua dan bersikap sopan santun sesuai norma-norma
di Indonesia. Pendapa Peradaban di Betterpad-Ray digunakan sebagai sarana untuk
melestarikan budaya Indonesia terutama bagi generasi muda, misalnya dengan
pelatihan dan pementasan pertunjukan wayang, tari daerah, lagu dan musik daerah.
Dengan begitu mereka bisa mempelajari, memahami, dan mempraktikkan budaya
Indonesia, paling tidak sudah memahami satu bidang.
Pada
dasarnya, pendapa dianggap sebagai arsitektur khas Jawa. Namun diharapkan bahwa
desain Pendapa Peradaban bersifat lebih umum, karena jika ada pementasan, bukan
hanya budaya Jawa saja yang ditampilkan, namun juga budaya seluruh daerah di
Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Selain itu, bentuk atap Pendapa Peradaban
juga terlihat lebih umum, bagian puncaknya tidak terlalu tinggi dan tegak
seperti atap joglo (rumah adat Jawa) pada umumnya. Agar terlihat lebih
nasional, pada bagian tiang-tiang pendapa dapat diberi ukiran berbentuk rumah
adat seluruh daerah di Indonesia agar seluruh rakyat Indonesia merasa antusias
dengan Pendapa Peradaban jika dapat diwujudkan. Selain itu, Bangunan Utama
Betterpad-Ray dapat menampilkan benda-benda kebudayaan dari seluruh Indonesia
jika digunakan sebagai museum.
Masjid Syahadat
Pendapa Peradaban
Bangunan Utama Betterpad-Ray
Demikianlah penjelasan dari artikel mengenai desain maket Betterpad-Ray (Benteng Terpadu Raya). Insya Allah bisa diwujudkan. Aamiin.
Referensi:
·
Prof.
Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Jati Diri Arsitektur Indonesia. 1997. Bandung:
Penerbit Alumni. *Termasuk oleh:
Prof.Ir.Sidharta, seperti yang tercantum dalam buku referensi. (https://archive.org/stream/BukuArsitektur/1140_Jati%20Diri%20Arsitektur%20Indonesia#page/n1/mode/2up)
No comments:
Post a Comment