Saat
menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, energi dalam tubuh tentu akan
berkurang saat beraktivitas sepanjang hari dari subuh hingga maghrib. Muslim
yang tidak terbiasa berpuasa umumnya akan merasa lemas dan lapar saat berpuasa,
terlebih menjelang maghrib. Mereka yang seperti itu akan menunggu dan mungkin
akan melihat jam untuk menantikan bahwa jarum jam telah menunjukkan waktu
berbuka puasa. Mereka juga akan mendengarkan sekitar dengan lebih teliti untuk
menantikan suara azan maghrib. Agar tidak bosan atau tidak merasakan menunggu
waktu berbuka, mereka akan melakukan hal-hal tertentu untuk mengalihkan
perhatian dan tidak terasa lemas. Mereka dapat melakukan apapun yang penting
tidak membatalkan puasa dan berupa kegiatan positif, bisa jadi itu adalah
membaca Al-Qur’an, mendengarkan ceramah, memasak, dan sebagainya. Ada juga yang
jalan-jalan ke suatu tempat atau bermain sesuatu yang tidak melelahkan. Bagi
saya, kegiatan yang dilakukan seharusnya adalah hal-hal yang dapat menambah
pahala di bulan suci, bukan suatu hal yang sia-sia. Berpuasa tidak hanya
menahan lapar dan haus, tetapi juga berusaha menghindarkan diri dari berbuat
keburukan dan berusaha untuk berbuat kebaikan.
Saya
mendesain Masjid Syahadat yang merupakan bagian dari Maket Betterpad-Ray
(Benteng Terpadu Raya) agar memberikan ruang dan fasilitas yang dapat digunakan
sebagai tempat untuk melakukan kegiatan positif, terlebih saat bulan Ramadhan.
Salah satu desain tempat yang digunakan untuk menunggu waktu berbuka puasa
adalah menara Syahadat, bagian dari masjid Syahadat di Betterpad-Ray. Menara
ini didesain memiliki tujuh lantai. Dari lantai-lantai tersebut, yang mungkin
paling tepat dijadikan sebagai tempat menunggu waktu berbuka puasa adalah
lantai tujuh atau lantai teratas.
Di
lantai tujuh menara Syahadat, Betterpad-Ray, para pengunjung dapat melihat
pemandangan sekeliling dari ketinggian. Dengan lokasi yang cukup tinggi,
jangkauan pemandangan yang dapat dilihat menjadi lebih luas dan dapat melihat
apapun yang tidak dapat dilihat dari permukaan tanah. Mereka bisa melihat apa
yang ada di atas bangunan sekitar yang lebih rendah, lalu lintas kendaraan,
langit, awan, dan sebagainya. Jangkauan penglihatan akan semakin luas jika di
sekitarnya hampir tidak terhalang bangunan yang lebih tinggi, bukit, atau
gunung. Menunggu waktu berbuka puasa dengan melihat pemandangan dapat membuat mereka
tidak merasakan waktu menunggu yang terasa lama.
Para
pengunjung juga dapat berbincang dengan santai sambil melihat pemandangan dari
ketinggian. Mereka boleh berbincang-bincang asalkan tidak mengganggu orang lain
di sekitar. Terkadang generasi muda zaman sekarang juga suka melakukan swafoto
di tempat-tempat yang menarik sambil menunggu waktu berbuka puasa, dan jika
menara Syahadat dibangun, mungkin dapat menjadi tempat swafoto yang bagus. Meskipun
ini tidak dilarang, saya berharap bahwa menara Syahadat dapat digunakan untuk
kegiatan yang lebih positif sesuai dengan fungsi masjid untuk hal agama dan
ilmu pengetahuan.
Para
pengunjung dapat membaca dan mempelajari Al-Qur’an di lantai tujuh. Di sana
akan disediakan beberapa tempat duduk bagi para pengunjung yang ingin membaca.
Mereka juga dapat berdiskusi dengan teman-teman dalam hal agama dan ilmu
pengetahuan. Dan ini adalah hal yang diharapkan dari dapat diwujudkannya masjid
Syahadat dan menaranya. Hal tersebut adalah kegiatan positif yang dapat
menambah pahala dan sesuai dengan tujuan dari pembangunan masjid, yaitu pusat
kegiatan masyarakat dalam hal agama.
Saya
berpendapat para pengunjung yang berada di menara Syahadat tidak membawa
makanan atau minuman untuk dimakan saat berbuka puasa di lantai tujuh.
Sebaiknya para pengunjung berbuka puasa di bawah dan Insya Allah jika terwujud,
masjid Syahadat akan memberikan hidangan buka puasa selama bulan Ramadhan
kepada para pengunjung. Dengan begitu, kebersihan menara Syahadat dapat terjaga
dengan baik dan tidak menyulitkan saat pembersihan.
Pendapa Peradaban
(Hobi Arsitektur)
No comments:
Post a Comment